Tujuh Golongan Yang Dinaungi Allah SWT di Hari Kiamat
Ceramah Habib Munzir bin Fuad al-Musawa
Senin, 5 Desember r 2011
Masjid al-Munawar Pancoran, Jakarta Selatan
Senin, 5 Desember r 2011
Masjid al-Munawar Pancoran, Jakarta Selatan
قَالَ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ، فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ
لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ، الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي
عِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ،
وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ، اجْتَمَعَا عَلَيْهِ، وَتَفَرَّقَا
عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ، وَجَمَالٍ،
فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى، حَتَّى لَا
تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ
خَالِيًا، فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ.
(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah saw : “Tujuh Golongan
yg dinaungi Allah dihari kiamat yg tiada tempat berteduh selain yg
diizinkan Nya swt, Pemimpin yg Adil, dan pemuda yg tumbuh dengan
beribadah pd Tuhannya, dan orang yg mencintai masjid masjid, dan dua
orang yg saling menyayangi karena Allah, bersatu karena Allah dan
berpisah karena Allah, dan orang yg diajak berbuat hina oleh wanita
cantik dan kaya namun ia berkata : Aku Takut pd Allah, dan pria yg
sedekah dg sembunyi2, dan orang yg ketika mengingat Allah dalam
kesendirian berlinang airmatanya” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا
لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ
وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ
اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا
لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا
الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ
قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ
وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ
رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu
wata’ala Yang Maha Suci dan Luhur, tiada satu pun dari segala yang
terjadi dan yang diciptakan oleh Allah subhanahu wata’ala, kecuali
merupakan bimbingan hikmah Ilahi untuk mencapai keluhuran, baik hal itu
berupa musibah atau pun kenikmatan. Dimana musibah yang terjadi itu
menanti sifat sabar dari seorang hamba, yang mana sabar adalah merupakan
penghancur musibah yang terkuat, namun tentunya diiringi juga dengan
usaha, karena Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu untuk tidak member
musibah, atau memberi musibah yang lebih besar dari musibah tersebut.
Sayyidina Umar bin Khattab berkata : “Aku bersyukur dengan adanya
musibah padaku, sebab beberapa hal, diantaranya karena Allah subhanahu
wata’ala tidak menimpakan musibah pada imanku, kedua bahwa Allah
subhanahu wata’ala Maha Mampu memberikan musibah yang lebih besar dari
musibah yang telah datang kepadaku, namun Allah subhanahu wata’ala hanya
menurunkan musibah tersebut, dan ketiga dengan musibah itu Allah
subhanahu wata’ala menghapus dosa-dosaku”. Hal ini sebagaimana sabda
nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa segala musibah kesemua
itu adalah penghapusan dosa, meskipun hanya sekedar kegundahan hati hal
itu juga menghapus dosa. Dan kesabaran dengan adanya musibah yang puncak
dari kesabaran itu adalah bersyukur, justru hal tersebut akan melebur
musibah, sehingga musibah berubah menjadi kemudahan dan kenikmatan. Jika
seseorang mempunyai anak kecil dan Allah member musibah denga sakit
maka Allah subhanahu wata’ala akan memberi kesembuhan baginya, jika ada
yang ditimpa kesempitan harta maka akan Allah limpahkan kemakmuran dan
kecukupan harta baginya, dan jika seseorang mendapatkan masalah apapun
maka Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu dan siap menyelesaikan seluruh
masalah-masalahnya, dimana tidak ada satu makhluk pun yang mampu
menyelesaikan seluruh masalah. Masalah apapun yang ada, Allah subhanahu
wata’ala Maha Mampu menyelesaikannya, bahkan sekecil-kecil permasalahan
seekor semut kecil yang ingin mengangkat kakinya untuk melangkah hingga
masalah perputaran alam semesta yang demikian luasnya. Hingga perasaan
semut yang ketakutan ketika prajurit nabiyullah Sulaiman AS lewat, Allah
pun mengetahuinya. Begitu juga perasaan seorang hamba yang dalam
kesendiriannya merasa risau dan kebingungan, dan ia tidak mengatakan
atau mengadukannya kepada orang lain, namun Allah subhanahu wata’ala
melihat dan mendengarnya serta Maha Mampu dan siap untuk menghilangkan
musibah dan kegundahannya. Namun Sang Maha Pengatur, Sang Maha Pemberi,
Sang Maha memudahkan setiap permasalahan semakin hari semakin
ditinggalkan oleh manusia, dimana ketika datang ajakan luhur namun
ditinggalakan padahal mampu untuk melakukannya, karena Allah subahanahu
wata’ala tidak membebani hamba lebih dari kemampuannya. Banyak orang
yang belum mengerti Al qur’an namun ia layak membacanya meskipun belum
mengerti maknanya, dan ada juga yang belum bisa membaca Al qur’an maka
ia harus mempelajarinya, jika sibuk bagaimana? jika sangat sibuk bisa
dengan mempelajarinya sekali dalam seminggu atau sekali dalam sebulan,
namun dalam hati tidak ada perasaan menolak Al qur’an Al Karim. Demikian
pula syariat Islam yang lainnya seperti hukum shalat, hukum wudhu’,
hukum puasa, hukum zakat, hukum haji dan lainnya kesemua itu juga perlu
dipelajari dimana kesemua itu dalam waktu ratusan tahun pun kita
mempelajarinya hal itu tidak akan pernah selesai, namun selayaknya waktu
luang kita jauh lebih baik kita isi dengan mempelajari ilmu-ilmu
tersebut yang telah diajarkan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, agar kita semakin mulia di sisi Allah subhanahu wata’ala.
Seseorang yang dalam hidupnya ada niat atau keinginan untuk belajar dan
juga mengerjakan pekerjaan atau aktivitas yang lainnya maka Allah
subhanahu wata’ala akan memudahkan untuknya jalan menuju ke surga,
sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
مَنْ سَلَكَ طَرِيقاً يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْماً سَهَلَّ اللَّهُ لَهُ طَرِيقاً إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga”
Guru mulia Al Habib Umar bin Muhammad
bin Salim Al Hafizh berkata dalam salah satu qasidahnya, yang artinya :
“Ketika Allah subhanahu wata’ala membuka tabir penghalang manusia untuk
melihat Allah, maka itulah saat-saat yang terindah”, atau melihat sang
nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang merupakan makhluk
terindah dari seluruh ciptaan Allah subhanahu wata’ala. Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam tidak lebih dari sekedar ciptaan Allah
subhanahu wata’ala, namun beliau adalah makhluk terindah dari semua
ciptaan Allah. Ketika seseorang mengingat bahwa ada sosok manusia yang
paling baik dan ramah, paling berlemah lembut dan berkasih sayang,
dimana ketika ada orang datang kepadanya dengan penuh dosa maka beliau
doakan dan dimohonkan pengampunan kepada Allah subhanahu wata’ala,
bahkan musuh-musuh beliau berusaha dilindungi agar tidak semuanya
meninggal agar kelak keturunan mereka bisa selamat dan mendapatkan
hidayah, maka siapa yang tidak merindukan sosok manusia yang paling
berlemah lembut seperti beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Diriwayatkan ketika sayyidah Aisyah Ra sedang mencari jarum yang
terjatuh di kamarnya di malam hari, dan di saat itu hanya ada pelita
pelita yang cahayanya sangat kecil, setelah beberapa waktu dicari jarum
itu tidak pula ditemukan, maka ketika itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam datang dan masuk ke dalam kamar maka jarum itu pun terlihat
dengan jelas, kemudian sayyidah Aisyah Ra berkata : “Wahai Rasulullah,
betapa terangnya wajahmu”, cahaya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berbeda dengan cahaya lampu yang mana cahaya lampu menyakitkan
mata, namun cahaya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak
menyakitkan mata, sehingga Allah menamakan beliau sebagai “Siraajan
Muniira” ( cahaya yang terang benderang).
Ketika seorang sahabat datang kepada
salah seorang istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana
yang terdapat dalam Fathul Bari sahabat tersebut berkata : “Wahai Ummul
mu’minin, gambarkanlah kepadaku bagaimana indahnya wajah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam?”. Dan diriwayatkan oleh sayyidina Ali
dalam menggambarkan keindahan wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam seakan matahari dan bulan beredar di wajah nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian istri Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam mengambil cermin dan berkata : “jika engkau ingin
melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lihatlah ke cermin
ini”, maka sahabat tersebut melihat ke cermin itu namun yang telihat
bukanlah wajahnya tapi wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
sahabat tersebut kaget dan heran bagaimana cermin itu bisa
memperlihatkan wajah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Cermin itu dulu pernah digunakan untuk bercermin oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, namun setelah itu cermin tersebut tidak
mau menampakkan wajah lain selain wajah nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam, bagaikan rekaman foto yang merekan wajah sayyidina
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Saat ini kita berada di dalam bulan yang
luhur bulan Muharram, dimana di bulan ini telah diselamatkan nabi Musa
As dari kejaran Fir’aun, di bulan itu pula lautan terbelah agar Fir’aun
tenggelam dan nabi Musa selamat dari kejarannya. Dan di bulan ini nabi
Nuh dan kaumnya yang beriman diselamatkan dari banjir yang begitu besar,
dan di bulan ini pula Allah subhanahu wata’ala melimpahkan banyak
pertolongan kepada hamba-hamba-Nya, terlebih lagi untuk ummat sayyidina
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka perbanyaklah doa dan munajat
kepada Allah subhnahu wata’ala. Teriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari ke
sepuluh bulan Muharram, dan hal ini merupakan puasa sunnah bukan puasa
wajib, yang mana jika dikerjakan mendapatkan pahala dan jika
ditinggalkan tidak mendapatkan dosa, namun berbeda dengan hal yang wajib
dimana jika dikerjakan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan
mendapatkan dosa. Maka disunnahkan untuk berpuasa pada tanggal 10
Muharram, dan diriwayatkan dalam Shahih Muslim bahwa pahala puasa pada
tanggal 10 Muharram menghapus dosa setahun yang lalu. Dan diriwayatkan
dalam Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
tidak pernah memaksakan diri untuk berpuasa di suatu hari melebihi puasa
pada tanggal 10 Muharram, kecuali puasa di bulan Ramadhan yang
merupakan hal yang wajib, namun selain puasa ramadhan, diantara puasa
sunnah yang paling disukai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
adalah puasa 10 Muharram, dan disunnahkan juga untuk puasa pada tanggal 9
Muharram, karena ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
dikabari bahwa orang Yahudi juga berpuasa pada tanggal 10 Muharram maka
Rasulullah mengatakan bahwa di tahun yang akan datang beliau akan
berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram, namun Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam terlebih dahulu wafat sehingga tidak sempat melakukan
puasa pada tanggal 9 Muharram, sebagaimana sabda beliau shallallahu
‘alaihi wasallam :
لَئِنْ بَقِيْتُ إِلَى قَابِلٍ َلأَصُوْمَنَّ التَاسِعَ
“ Jika aku masih hidup hingga tahun depan maka aku akan puasa tanggal 9 (Muharram)”
Dan Al Imam As Syafi’i berkata bahwa
sunnah muakkadah untuk berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram, akan
tetapi tidak apa-apa jika hanya berpuasa pada tanggal 10 Muharram saja.
Bagi yang tidak mampu untuk berpuasa, seperti orang yang sudah sangat
tua, orang-orang yang sangat sibuk dan banyak pekerjaan sehingga tidak
mampu untuk berpuasa atau wanita-wanita yang sedang berhalangan
(menstruasi) maka doakanlah orang-orang yang berpuasa agar diberi
kekuatan dan puasanya diterima oleh Allah subhanahu wata’ala, atau
dengan menyiapkan buka puasa untuk orang-orang yang berpuasa, itulah
cara yang terbaik untuk orang yang tidak mampu berpuasa, agar tidak
terlewat dari kemuliaan yang datang dari Allah subhanahu wata’ala.
Sampailah pada hadits mulia, dimana ada
tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah subhanahu wata’ala di saat
tidak ada naungan selain naungan Allah subhanahu wata’ala, naungan yang
dimaksud adalah tempat berteduh dan berlindung dari panasnya matahari di
padanga mahsyar kelak di hari kiamat, dimana jika matahari itu berpijar
dengan panas seperti saat di padang mahsyar, maka tidak akan ada
kehidupan di permukaan bumi ini, yang mana matahari itu tidak ada lagi
cahayanya namun yang tersisa hanya panasnya saja yang gelap gulita,
bagaikan bola hitam yang sangat panas dan menakutkan. Ketika itu semua
cahaya sirna kecuali cahaya hamba-hamba yang beriman, yang dipimpin oleh
cahaya manusia yang paling beriman, sayyidina Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam. Merekalah yang akan terang benderang dan cahayanya
melebihi cahaya bintang-bintang, Allah Yang Maha Tunggal dan Maha Abadi
yang memberikan cahaya kepada hamba-hamba-Nya dengan cahaya ketenangan,
cahaya kedamaian, cahaya kebahagiaan, cahaya kemudahan, dan cahaya
keluhuran di dunia dan akhirat. Maha Suci Allah dan Maha Indah, dan
betapa suci jiwa-jiwa yang menyembah Allah dan tidak menyamakan Allah
dengan makhluk, sebagaimana firman-Nya:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
( الشورى : 11 )
“ Tidak ada sesuatu yang menyamai-Nya, dan Dia (Allah) Maha Mendengar dan Melihat”. ( QS: As Syuuraa)
Allah subhanahu wata’ala maha mendengar,
namun pendengaran Allah tidak membutuhkan telinga, begitu juga Allah
melihat namun penglihatan Allah tidak membutuhkan mata, dan Allah juga
berfirman dengan menurunkan wahyu namun Allah tidak membutuhkan lisan,
Allah subhanahu wata’ala juga berbuat atau melakukan sesuatu namun hal
itu tidak membutuhkan jasad, dimana penglihatan Allah lebih agung dari
penglihatan makhluk-Nya dan seluruh penglihatan makhluk bersumber
dari-Nya, tidak satu pun makhluk melihat kecuali dari anugerah Allah
subhanahu wata’ala, tidak pula satu pun makhluk mendengar kecuali dari
anugerah Allah subhanahu wata’ala, dan makhluk tidak mampu menciptakan
penglihatan dan pendengarannya sendiri, bahkan tidak mampu menciptakan
asal muasal dirinya yang terbuat dari sel yang tidak terlihat mata.
Allah subhanahu wata’ala Yang menciptanya, Allah Yang menghidupkannya di
bumi kemudian dikembalikan ke alam barzakh, dan di alam barzakh akan
datang malaikat setelah seseorang dimasukkan ke dalam kubur dan kemudian
ditinggalkan oleh yang mengantarnya, sebagaimana Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda dalam riwayat Shahih Al Bukhari bahwa
seseorang yang meninggal dan telah dikuburkan mendengar hentakan kaki
orang-orang yang meninggalkan perkuburannya di saat itu, setelah itu
datanglah malaikat memperlihatkan sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam dan berkata : “Wahai Fulan, apa yang engkau ketahui tentang
orang ini?”, maka jika ia adalah orang yang beriman ia akan menjawab :
هُوَ مُحَمَّدٌ هُوَ مُحَمَّدٌ
“Dia adalah Muhammad, dia adalah Muhammad”.
Namun jika ia adalah seorang yang munafik dan banyak berbuat dosa, maka ia akan menjawab : “Aku tidak mengenalnya”.
Dan saat-saat seperti itu akan datang
kepada kita semua, semoga di saat jasad kita diturunkan ke liang lahat
lalu ditutup dengan tanah, dan orang-orang yang mengantarkan kita mulai
meninggalkan kita sendiri di perkuburan dan langkah-langkah mereka yang
meninggalkan perkuburan terdengar oleh kita, dan ketika itu
diperlihatkan kepada kita sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam dan ditanyakan kepada kita maka kita akan menjawab :
هُوَ مُحَمَّدٌ هُوَ مُحَمَّدٌ
“Dia adalah Muhammad, Dia adalah Muhammad”
Kembali pada hadits yang kita baca,
bahwa ada 7 golongan yang dinaungi oleh Allah subhanahu wata’ala kelak
di hari kiamat, dan dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar bahwa banyak yang
akan mendapatkan naungan Allah subhanahu wata’ala kelak di hari kiamat,
namun cir i-ciri mereka terdapat dalam hadits ini, maka disebutlah
dengan 7 golongan yang akan mendapatkan naungan Allah subhanahu wata’ala
kelak di hari kiamat. Pertama adalah seorang pemimpin yang adil, karena
sangat berat untuk menjadi seorang pemimpin yang adil. Seperti contoh
seorang ketua RT, yang mana dia juga mempunyai keluarga, mempunyai
kesibukan atau pekerjaan yang lainnya, suatu hari sebelum adzan Subuh
dan di saat semua orang masih tidur tiba-tiba rumah digedor dan ada
teriakan : “Pak RT, rumah saya kemalingan” maka pak RT bangun dan
langsung menuju ke rumah warga yang kemalingan, dan pak RT bingung apa
yang harus diperbuat, jika maling masih di tempat mungkin barang bisa
diambil kembali, namun si maling sudah tidak ada di tempat tersebu, maka
pak RT berkata : “baik, akan segera saya urus dan laporkan ke polisi”,
belum selesai pembicaraan pak RT dengan warga yang kemalingan, tidak
lama kemudian datang warga lain mengadu : “Pak RT rumah saya kebanjiran
gara-gara sampah yang menumpuk dibiarkan begitu saja tanpa diurus”,
kemudian warga yang kemalingan berkata lagi : “Pak RT siapa satpam yang
jaga semalam, padahal saya sudah bayar uang keamanan, bagaimana rumah
saya masih bisa kecurian?”, kemudian warga yang kebanjiran berteriak :
“Pak RT bagaimana ini, air mampet akhirnya rumah saya kebanjiran”, maka
Pak RT segera menuju rumah warga yang kebanjiran dan mulai mengangkut
barang-barang, tidak lama kemudian ada warga yang datang berteriak dan
mengadu : “Pak RT, rumah saya kebakaran karena banyak kabel-kabel yang
sudah lama dan perlu diganti namun tidak pernah diperhatikan, pak RT
bisanya hanya ambil uang dari PLN saja, apa gunanya jadi ketua RT!”,
padahal ketua RT juga mempunyai keluarga dan kesibukan dan yang lainnya
namunyang disalahkan selalu ketua RT, itu baru tingkat RT, bagaimana
lagi jika ketua RW, Kades, Lurah atau pemimpin yang di tingkat atasnya
lagi. Oleh karena itu sangat sulit dan dengan susah payah untuk berusaha
menjadi pemimpin yang adil dan sabar, maka seorang pemimpin yang adil
seperti itu di hari kiamat akan dinaungi oleh Allah subhanahu wata’ala,
dimana tidak ada tempat berteduh selain tempat berteduh yang diberi oleh
Allah subhanahu wata’ala. Jadi jika di zaman sekarang kita sering
mendengar wakil rakyat atau pemimpin yang berbuat salah maka hal itu
wajar, karena untuk menjadi pemimpin yang baik di tingkat RT saja sangat
sulit, maka terlebih lagi pemimpin di tingkat yang lebih tinggi. Maka
benar yang telah disabdakan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Jika ada seorang muslim menjadi pemimpin, kemudian ia berbuat baik pada
rakyatnya dan juga berbuat kesalahan, maka terimalah kebaikannya dan
maafkan kesalahannya”. Jadi tidak perlu diadilikah?, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mengetahui jika seorang pemimpin dinaikkan
kemudian dijatuhkan lagi, maka yang gembira adalah musuh-musuh Islam,
karena pemerintah dan rakyat saling hantam, para Ulama’ dan orang-orang
yang baik dimasukkan ke penjara dimana hal itu merupakan akibat daripada
saling hantam satu sama lain. Maka strategi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam yang sangat sempurna adalah jika ada pemimpin-pemimpin
yang tidak baik namun para Ulama’ mengetahui hal itu maka mereka akan
semakin mendidik generasi yang baik yang kelak akan menggantikan
kepemimpinan para pemimpin yang tidak baik, itulah strategi indah dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan Majelis Rasulullah ini juga
merupakan strategi dalam membangun generasi yang baik, generasi yang
rukun dan damai, generasi yang suka dzikir dan shalawat kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kedua, adalah seorang pemuda yang tumbuh
dalam ibadah kepada Allah, yaitu banyak beribadah kepada Allah, dimana
sejak kecil sudah mempelajari dzikir, dari kecil anak-anak mereka
didorong untuk hadir di majelis ta’lim atau majelis dzikir, maka
pendidikan seperti ini sejak seseorang masih kecil merupakan hal yang
sangat penting, karena sebagian besar kesuksesan itu muncul dari pemuda
yang mulai meniti untuk mencapai keluhuran sejak usia muda, sejak masih
muda sudah cinta dan suka hadir majelis, namun permasalahannya jika
waktu final bola yang hadir majelis berkurang dan beruntungnya saya saat
itu tidak hadir majelis, tetapi sampai kabar kepada saya bahwa yang
hadir majelis berkurang karena ada final bola. Oleh karena itu kita
selalu berusaha untuk mendidik diri kita agar semakin baik dan
senantiasa merasa asyik dengan hal-hal yang luhur yang mampu untuk kita
lakukan, jangan selalu mencari godaan syaitan untuk melakukan sesuatu
yang tidak mampu kita perbuat, jika seseorang belum mampu untuk shalat
tahajjud maka jangan dipaksakan untuk shalat tahajjud, dan jika shalat
wajib 5 waktu belum dikerjakan dengan baik maka perbaiki dulu shalat
yang 5 waktu tersebut, dan juga jika belum mampu jangan puasa sunnah
dulu, namun perlahan-perlahan akan sampai kepada puncak keluhuran.
Ketiga adalah seeorang yang hatinya
selalu terikat dengan masjid yaitu orang yang mencintai masjid, ada
orang yang selalu duduk di dalam masjid namun hatinya berada di luar
masjid dan ada juga orang yang jasadnya berada di luar masjid akan
tetapi hatinya selalu di masjid dan golongan inilah yang dimaksud dalam
hadits ini. Dalam hatinya ada keinginan untuk selalu dekat dengan
masjid, ingin selalu shalat jamaah di masjid. Ada seseorang sangat cinta
terhadap masjid Al Haram dan masjid An Nabawi maka dipajanglah foto
masjid itu di rumahnya dan dilihatnya setiap hari hingga air matanya
terus mengalir karena ingin memandangnya orang seperti inilah yang
hatinya selalu terikat dengan masjid. Ada kelompok orang yang mengatakan
jika tidak melakukan shalat di masjid maka shalatnya tidak sah, padahal
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana yang teriwayatkan
dalam Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim bahwa rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam banyak juga melakukan tidak di masjid. Dan dalam
madzhab Syafii shalat di masjid merupakan sunnah muakkadah, akan tetapi
shalat di luar masjid pun tetap sah. Dalam hal ini terdapat
permasalahan, datang seseorang bertanya kepada saya : “Bib saya sumpek
dimana masjid dalam keadaan bersih kemudian datang sekelompok orang dan
nginap di masjid, bawa kompor dan lainnya hingga berantakan dan
mengotori masjid, setelah itu pergi tanpa membersihkannya terlebih
dahulu, maka apa yang harus kami lakukan?, dalam hal ini kita pilih
jalan tengah, jangan sampai kita mengusir orang Islam dari tempat ibadah
karena mereka juga saudara kita seiman, namun berusaha untuk memberi
tau orang-orang yang datang dengan tujuan i’tikaf di masjid untuk
membersihkan masjid sebelum mereka pergi, jangankan masjid yang
merupakan tempat ibadah, rumah sendiri saja kita ingin melihatnya selalu
dalam keadaan bersih terlebih lagi masjid yang merupakan rumah Allah.
Ada lagi pertanyaan, mengapa orang-orang Islam tidak mau mengajak
saudara-saudaranya untuk shalat memenuhi masjid?, ketahuilah ibadah
tidak hanya ke masjid saja, namun tidak mengganggu atau menggunjing
orang lain juga termasuk ibadah, bekerja untuk bersedekah juga ibadah,
menikah juga ibadah, mendidik anak pun termasuk ibadah, jadi bagi
saudara-saudara kita yang sudah bergabung dalam jamaah ini dan selalu
mengajak muslim yang lainnya untuk bergabung bersamanya, maka hal itu
adalah hal yang bagus dan telah memiliki keberanian, namun jangan
mencela orang yang tidak memperbuatnya.
Keempat adalah dua orang yang saling
menyayangi karena Allah subhanahu wata’ala dan yang dimaksud bukanlah
pacaran, namun saling mencintai dan menyayangi karena Allah adalah
saling membantu untuk mencapai keluhuran ibadah, misalnya seorang teman
tidak mengaji karena tidak mempunyai Al qur’an maka diberi pinjaman Al
qur’an, atau temannya tidak hadir ke majelis karena tidak mempunyai
kendaraan maka dipinjamin kendaraan karena mungkin kebetulan jika malam
hari kendaraan saudara atau keluarganya tidak di pakai atau bisa juga
berupa pernikahan, maka hal-hal yang seperti itu adalah saling
menyayangi karena Allah dan berkumpul atau berpisah karena Allah, bukan
karena masalah keduniawian. Namun jangan disalah artikan dengan
mengatasnamakan pacaran adalah cinta karena Allah dan berpisah karena
Allah, justru hal demikian adalah pertemuan dan perpisahan karena
syaitan. Diperbolehkan ada hubungan antara lelaki dan wanita yang bukan
mahram dengan syarat tidak melanggar syariat, sebagaimana dahulu di
zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam banyak para sahabat yang
berbicara dan bertanya kepada ummul mu’minin, dan banyak wanita yang
berdagang di pasar namun tetap menjaga norma-norma kesopanan dan tidak
melanggar syariat. Jadi boleh saling kirim sms namun jangan sampai
melewati batas dan mulai masuk pada hal-hal yang buruk, seperti mengajak
untuk bertemu dan lainnya karena hal itu mendekati pada perbuatan zina
yang dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman-Nya:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
( الإسراء : 32 )
“Dan janganlah kalian mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan
yang buruk”. (QS. Al Isra’ : 32 )
Diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari
dalam kitab Adab Al Mufrad dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda bahwa seseorang yang berzina dengan tetangganya maka
dosanya jauh lebih besar daripada berzina dengan orang lain , mengapa?
karena telah berkhianat kepada temannya sendiri. Yang kelima adalah
seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita (atau sebaliknya)
yang cantik dan kaya raya, namun lelaki itu menjawab : “Sungguh aku
takut kepada Allah”, bukan karena takut di tangkap polisi atau dituntut
ke pengadilan. Sebagaimana yang juga terjadi pada seorang wanita cantik
dan mempunyai harta ia mendatangi seorang lelaki yang ahli ibadah dan
mengatakan bahwa ia ingin berjima’ dengannya, maka lelaki itu menutup
matanya, kemudian wanita itu mengatakan bahwa ia telah menggunakan
penutup dan meminta lelaki itu untuk membuka matanya, namun ketika
lelaki itu membuka matanya ia melihat wanita itu telah membuka seluruh
pakaiannya, kemudian lelaki itu memalingkan wajahnya, maka Allah
subhanahu wata’ala menjadikan wajah wanita itu gelap hingga ia wafat.
Dan terdapat dalam riwayat yang shahih ketika seorang wanita shalihah
akan berangkat ke sebuah tempat yang jauh bersama kafilah, maka seorang
lelaki mengikutinya karena dia menyukai wanita itu, beberapa lama
kemudian semua orang mulai tidur, namun wanita itu masih duduk dan belum
tidur, kemudian lelaki itu mendekat kepadanya dan mengajaknya untuk
berbuat keji karena semua orang telah tidur, maka wanita itu berkata :
“apakah engkau yakin semua orang sudah tidur dan tidak ada yang akan
melihat kita?”, maka lelaki itu pun kembali meyakinkan bahwa semua orang
telah tidur,dan berkata kepada wanita itu : “betul semua orang telah
tidur”, maka wanita itu berkata : “apakah Allah tidur dan tidak melihat
kita?”, mendengar ucapan wanita itu maka lelaki itu tertunduk malu dan
berkata : “iya betul Allah melihat kita”, wanita itu berkata lagi :
“jika Allah melihat kita apakah engkau tidak malu kepada Allah, hingga
engkau mengikutiku dari tempat yang jauh untuk berbuat hal itu kepadaku,
dan jika engkau meninggal saat ini apa yang akan engkau jawab dihadapan
Allah”, maka lelaki itu menutup mukanya karena malu dan kemudian pergi,
setahun kemudian terdengar kabar bahwa telah wafat seorang wali Allah
dan puluhan ribu orang yang mengantar jenazahnya ke pemakaman, dan
setelah ditanya siapakah wali Allah yang telah wafat tersebut, ternyata
dia adalah lelaki yang telah bertaubat di tangan wanita itu yang
kemudian Allah mengangkat derajatnya hingga ia menjadi wali Allah
subhanahu wata’ala. Yang keenam adalah seseorang yang bersedekah secara
sembunyi-sembunyi, dan ada satu cara untuk hal ini dimana tangan kanan
memberi namun tangan kiri tidak mengetahuinya, yaitu jika tangan kanan
mengeluarkan uang untuk sedekah namun seakan-akan bukan untuk sedekah,
caranya adalah jika melihat orang miskin yang berdagang setelah ditanya
harga barang yang dijual misalnya ia adalah penjual kacang, kemudian ia
menjawab : “sebungkus 1000”, namun dibayar 5000 dan tidak minta uang
kembalian, maka hal itu adalah termasuk sedekah secara sembunyi, mungkin
ketika si pembeli menyerahkan uang 5000 si penjual akan berkata : “maaf
pak tidak ada kembaliannya”, lalu si pembeli berkata : “ya sudah ambil
saja kembaliannya”, maka penjual pun tidak mengetahui kalau itu adalah
sedekah. Atau jika melihat orang yang susah sedang berdagang dan ketika
ditanya harga dagangannya, si pedagang menyebutkan harga, padahal jika
ditawar harganya dibawah itu, namun pembeli tidak lagi menawar karena
berniat untuk sedekah kepada penjual tersebut, hal itu pun merupakan
sedekah secara sembunyi-sembunyi, hingga yang diberi sedekah pun tidak
mengetahui kalau dia menerima sedekah, hal yang seperti itu pahalanya
sangat besar. Dalam riwayat Shahih Muslim terdapat 2 pendapat yang
mengatakan bahwa pahala yang sangat besar akan didapatkan bagi orang
yang bersedakah dengan cara sembunyi-sembunyi, dan juga orang yang
bersedakah secara terang-terangan dengan tujuan agar orang lain
mengikutinya karena banyak orang yang kaya raya namun tidak ada yang mau
mengeluarkan hartanya untuk sedekah, dan ketika seseorang bersedekah
dengan terang-terangan, misalnya : “saya sedekah 1000 dolar”, maka orang
kaya yang lainnya pun tidak mau kalah dan akan mengeluarkan uang untuk
sedekah, maka dengan cara ini orang kaya yang enggan bersedekah akan
terdorong untuk bersedekah. Dan jika ada orang yang ingin bersedekah
secara sembunyi namun ketika melihat keadaan dimana orang-orang tidak
ada yang mau mengeluarkan sedekah, kemudian ia bersedekah secara
terang-terangan maka ia pun termasuk dalam golongan yang akan
mendapatkan naungan Allah subhanahu wata’ala kelak di hari kiamat.
Demikian indah firman Allah dan hadits nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam jika kita mau menelaahnya. Yang ketujuh adalah seseorang yang
mengingat Allah dalam kesendirian lalu mengalir air matanya, maka kita
berdoa dan berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala semoga Allah
mengangkat derajat kita, demi kemuliaan malam 10 Muharram ini semoga
Allah menyelamatkan kehidupan kita di dunia dan akhirah, menyelesaikan
segala permasalahan kita di dunia dan akhirat, dan mengabulkan segala
hajat kita Ya Rahman Ya Rahim…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا
الله…يَا الله… ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم …لاَإلهَ إلَّاالله…لاَ
إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ…لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ
اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ…لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ
الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ…مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا
نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ
sumber : http://sunnahrasul.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar